INGIN TAHU LEBIH BANYAK NURUL FIKRI. KLIK http://nurulfikri.co TELPON 021-59410357 / 089523587065 (SMS/WA/TELEGRAM)

Minggu, 06 November 2016

Ketika Al Qur’an dihina, di barisan manakah Anda berada? Jika Anda berada dalam barisan pembela Al Qur’an maka Allah SWT akan memuliakan Anda. Namun sebaliknya, jika Anda di dalam barisan penghina Al Qur’an, maka Allah SWT akan menghinakanmu!

Senin, 09 Mei 2016

“SELAMAT DAN SUSKSES YA SAY”
KEPADA SISWA SISWI YANG TELAH DITERIMA DI PTN MELALUI JALUR UNDANGAN SNMPTN DAN USMI 2016
(BAGI YANG BELUM, MASIH ADA WAKTU UNTUK MEMPERSIAPKAN SBMPTN 2016,BELAJAR DIRUMAH,BANYAK KONSULTASI DI NF, BAIK KEPADA GURU BIDANG MAUPUN BIP, BERDOA KEPADA ALLAH SWT DAN MINTA DOA DARI ORANG TUA,BERUSAHA,TIDAK PUTUS ASA,DAN TAWAKAL)

SISWA YANG DITERIMA SNMPTN DAN USMI 2016:

11.  AMALIA FITRI DW. W  (SMAN 1 KAB TANGERANG/SMAN 1 BALARAJA)
PENDIDIKAN BIOLOGI – UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA (UNJ)

22. DEWI RINANTI (SMAN 3 KAB TANGERANG/SMAN 1 CURUG)
EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN – INSTITUT PERTANIAN BOGOR (IPB)

33. FARAH MUFIDAH (SMAN 4 KAB TANGERANG/SMAN 1 CIKUPA)
PETERNAKAN – UNIVERSITAS BRAWIJAYA (UB)

44. HANIFATUL ALYA (SMAN 1 KAB TANGERANG/SMAN 1 BALARAJA)
MATEMATIKA – INSTITUT PERTANIAN BOGOR (IPB)

55. WIDIANI PUSPITA SARI (SMAN 1 KAB TANGERANG/SMAN 1 BALARAJA)
KIMIA - UNIVERSITAS DIPONEGORO (UNDIP)

66. YULI NURHAYATI (SMAN 1 KAB TANGERANG/SMAN 1 BALARAJA)
TEKNIK INFORMATIKA – UNIVERSITAS DIPONEGORO (UNDIP)

77. ZIRZIS AFKAN LAKSANA (SMAN 11 KOTA TANGERANG)
TEKNIK METALURGI – UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA (UNTIRTA)

8. NURAINI (SMAIT DAAR EL-QOLAM)
ILMU POLITIK - UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA (UIN JKT)

9. DIAN ARI RAHMAWATI (SMAN 1 KAB TANGERANG/SMAN 1 BALARAJA)
AKUNTANSI D3 - INSTITUT PERTANIAN BOGOR (IPB)

Sabtu, 19 Maret 2016

GLOBALISASI

Perumpamaan kata “globalisasi” di antara istilah-istilah baru, adalah bagaikan “jilbab” di antara pakaian dan bagaikan “kuda Troya” di antara sarana perang. Artinya, dia menutupi apa yang terkandung di dalam-nya, untuk menyembunyikan sesuatu yang ditutupi-nya, bahkan menyembunyikan lebih banyak dari sekedar sesuatu yang dapat ditutupi.
       Yang sangat jelas membuktikan hal itu, adalah apa yang pernah terjadi di Beirut pada akhir tahun 1997, tatkala Pusat Studi Kesatuan Arab --sebagai salah satu lembaga peninggalan kaum nasionalis Arab--  menye-lenggarakan konferensi untuk mengkaji globalisasi dan sikap yang harus diambil negara-negara Arab untuk menghadapinya, seakan-akan mereka menganggap bahwa globalisasi bertolak belakang dan mengancam ide nasionalisme. 
       Dalam konsideran yang terdapat dalam undangan konferensi, dinyatakan bahwa topik konferensi adalah:
1.  Globalisasi dan metode negara-negara Arab dalam memahami dan menyikapinya.
2.  Kemunculan globalisasi di bidang politik, ekonomi, dan budaya.
3.  Sejarah, riwayat, dan peran globalisasi saat ini.
4.  Sikap Amerika terhadap globalisasi, khususnya setelah runtuhnya Uni Soviet dan padamnya Perang Dingin.
5.  Dampak globalisasi di bidang ekonomi dan pem-bangunan di negara-negara Arab.
6.  Pencarian peran dan identitas kebudayaan Arab.
        Pada konferensi itu diundang puluhan ulama dan profesor dari berbagai universitas. Ternyata mereka mempunyai persepsi yang simpang siur mengenai globalisasi dan bagaimana mensikapinya.  Koran-koran lokal telah mempublikasikan resume berbagi lontaran peserta konferensi tersebut yang diselenggarakan tiga hari berturut-turut, yang menunjukkan konferensi itu lebih tepat disebut “debat kusir” daripada sebuah konferensi yang serius membahas suatu pemikiran. Akhirnya panitia konferensi memutuskan, bahwa konferensi tidak akan mengeluarkan resolusi atau rekomendasi apa pun.
       Globalisasi adalah istilah baru dalam bahasa Inggris dan Perancis yang muncul sejak sekitar 10 tahun lalu.  Istilah ini  tidak digunakan untuk mensifati sesuatu bahwa keberadaan atau terwujudnya sesuatu itu telah berskala global di sebagian besar penjuru dunia, tetapi digunakan untuk menyatakan bahwa ada satu atau beberapa pelaku ekonomi yang bermaksud meng-globalkan sesuatu. Misalnya, ada satu perusahaan tertentu yang mengadopsi kebijakan produksi yang memandang seluruh dunia sebagai tempat yang layak untuk memproduksi barangnya. Kemudian perusahaan itu benar-benar memproduksi barangnya di satu atau beberapa negara dengan biaya produksi yang lebih rendah daripada di negara lainnya. Pada saat itulah, dikatakan bahwa perusahaan tersebut telah “meng-globalisasikan” produknya. Istilah ini diterapkan pula untuk kegiatan-kegiatan lain dari perusahaan tersebut atau perusahaan lainnya, misalnya kalau perusahaan itu mengadopsi kebijakan “globalisasi” untuk memasarkan produknya, mempromosikan produknya, atau mencari komoditas-komoditas baru beserta divesifikasinya. Ataupun untuk mempekerjakan para buruh, ahli, dan manajer, atau menarik para investor dan kreditor guna membiayai kegiatan-kegiatan perusahaan, dan lain sebagainya.
       Istilah globalisasi ini pertama kali digunakan untuk mensifati kegiatan perusahaan-perusahaan besar Amerika pada awal pertengahan 80-an. Pada saat Ronald Reagan menjadi Presiden Amerika tahun 1981, dia mengambil kebijakan-kebijakan yang berani dalam hubungan internasional, baik di bidang ekonomi maupun politik, yang mendapat dukungan kuat dari kalangan bisnis Amerika. Di antara kebijakan itu adalah kebijakan dolar kuat untuk menarik para investor di luar negeri agar mereka mau menginvestasikan modal-nya pada obligasi-obligasi pemerintah Amerika dan pasar-pasar modal yang ada di sana. Tujuannya adalah untuk membiayai program-program Reagan untuk mempersenjatai kembali Amerika dan untuk memukul Uni Soviet dalam perlombaan senjata yang tengah berkecamuk saat itu. Program ini benar-benar telah berhasil menjatuhkan perekonomian Komunisme pada tahun 1989.
        Kebijakan dolar kuat ini mengakibatkan nilai dolar mengalami kenaikan yang tinggi dan tetap konstan pada tahun-tahun pertama pemerintahan Reagan, hingga indeks nilai tukar dolar --bila diukur dengan mata uang negara-negara lain dan dibandingkan dengan pertu-karan perdagangan Amerika-- mencapai 159 poin pada Pebruari 1985. Padahal pada bulan pertama peme-rintahan Reagan, yakni bulan Januari 1981, indeks nilai tukar dolar adalah 91 poin. Artinya, nilai tukar dolar naik 75 %.
       Di antara keberanian langkah politik Reagan, dia tidak memperhatikan dampak negatif atau efek samping dari kebijakan dolar kuat yang diambilnya, karena dia mengkonsentrasikan diri untuk memenangkan per-tarungan Kapitalisme melawan Komunisme.  Di antara dampak negatif yang ada, adalah meningkatnya nilai dolar yang telah melemahkan kemampuan Amerika dalam kompetisi antara produk asing dengan produk Amerika, di dalam negeri Amerika.  Akibatnya, ekspor Amerika merosot sementara impornya melonjak tajam. Defisit neraca perdagangan luar negeri Amerika semakin terakumulasi dalam jumlah besar pada masa Reagan, sebab jumlah totalnya --pada masa pemerintahan Reagan di tahun 80-an-- telah mencapai 723 miliar dolar AS. Padahal pada masa presiden sebelumnya di awal 80-an, jumlah total defisit hanya 4 miliar dolar AS.
       Di antara dampak negatif kebijakan dolar kuat, adalah berkurangnya laba dari  banyak perusahaan Amerika, disebabkan adanya persaingan antara produk asing dengan produk Amerika yang harganya meng-gunakan standar dolar. Ini memaksa perusahaan-perusahaan Amerika untuk menurunkan harga barang-nya, kemudian meninjau secara serius cara mengurangi biaya produksi barangnya, khususnya upah untuk buruh Amerika.
       Sekelompok profesor dari beberapa universitas di Amerika kemudian melontarkan ide restrukturisasi bagi perusahan-perusahaan ini, dengan mengadakan tin-jauan ulang secara mendasar terhadap kegiatan-kegiat-an perusahaan, baik dalam hal produksi, pemasaran, maupun kegiatan lainnya. Ide ini mendapat sambutan hangat dari kalangan investor dan pengusaha Amerika.  Penerapan ide ini secara nyata ternyata mengakibatkan ditutupnya banyak pabrik dan cabang-cabang perusa-haan Amerika, serta diberhentikannya sejumlah besar pegawai dan buruh perusahaan dengan pesangon yang besar. Misalnya seperti yang pernah dilakukan oleh General Motor --perusahaan mobil terbesar di Amerika-- yang memberhentikan sekaligus 74 ribu karyawannya, atau IBM --perusahaan komputer terbesar di sana-- yang memberhentikan 60 ribu karyawannya dalam tiga tahap pada waktu yang hampir bersamaan.
       Setelah mengadakan restrukturisasi, perusahaan-perusahaan ini kemudian mencari kompensasi dari produksi pabrik yang telah ditutupnya, atau produksi cabang pabrik yang telah dijualnya di Amerika. Caranya ialah dengan mencari produksi pengganti yang berasal dari perusahaan-perusahaan kecil yang baru, yang membayar upah buruh-buruhnya dari dana hutang, di mana buruh-buruh ini terutama adalah mereka yang terkena PHK akibat restrukturisasi suatu perusahaan. Cara lainnya, ialah membangun pabrik-pabrik baru dan cabang-cabangnya di luar Amerika, terutama karena efek samping kebijakan dolar kuat, adalah sangat murahnya harga dan upah di luar Amerika. Perusahaan-perusahaan ini memusatkan perhatiannya di negeri-negeri yang miskin dengan penduduk yang berjubel, seperti Indonesia, Filipina, Thailand, India, Meksiko, dan Brazil, di mana upah buruhnya per bulan bahkan masih lebih rendah daripada upah buruh pabrik di Amerika untuk satu atau dua jam saja. Kenyataan seperti ini tidak hanya untuk upah buruh lokal, tetapi termasuk pula gaji para intelektual dan profesional lokal, seperti para insinyur dan programer komputer di mana pun juga. Mereka harus menerima gaji mereka lebih rendah dibanding-kan gaji di Amerika, karena yang mereka butuhkan adalah sekedar pekerjaan dan gaji (yaitu, asal tidak menganggur).
       Di Amerika sendiri muncul konflik politik seputar proses restrukturisasi dan PHK karyawan yang bersifat massal dalam jumlah yang mencengangkan itu. Banyak orang Amerika berpandangan bahwa pengi-riman tenaga kerja Amerika ke luar negeri serta dicegahnya mereka yang di Amerika untuk bekerja, berarti telah memutus mata pencaharian mereka, dan bahwa motif berbagai perusahaan itu tiada lain hanyalah ketamakan kapitalistik belaka. Perusahaan-perusahaan memban-tah, karena mereka merasa  terpaksa untuk menjalankan langkah-langkahnya disebabkan adanya kompetisi “global” yang sangat keras. Mereka menyatakan pula, bahwa tak ada lagi alternatif bagi mereka kecuali harus berkompetisi dalam skala global dan mengglobali-sasikan kegiatan-kegiatannya.
       Komisi-komisi dalam Senat dan Kongres Amerika kemudian mengadakan sidang-sidang investasi ter-buka, untuk meninjau masalah “globalisasi” perusa-haan-perusahaan Amerika tersebut. Ini dilakukan pertama kali tahun 1989 dan yang terakhir tahun 1992. Investigasi-investigasi ini menyebabkan tersebarluas-nya istilah “globalisasi”.  Kemudian komisi-komisi tersebut meresmikan istilah ini dengan mencantum-kannya  sebagai judul keputusan-keputusannya pada tahun 1989 dan tahun-tahun berikutnya. Inilah peng-gunaan istilah “globalisasi” yang pertama kali sebagai judul buku atau keputusan yang dipublikasikan dalam bahasa Inggris. Sejak itu terbit banyak buku dengan topik “globalisasi” hingga jumlahnya --yang berbahasa Inggris-- mencapai sekitar 260 buah buku. Sebagian besarnya terbit pada dekade 90-an, pada era Bill Clinton.
       Akan tetapi, di balik itu investigasi-investigasi tersebut ternyata telah mencairkan stagnasi politik akibat penentangan terhadap PHK karyawan perusa-haan dan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri, juga telah melegitimasi langkah perusahaan-perusahaan tersebut, serta membuat capai media massa yang menentang PHK karyawan.  Investigasi berakhir tahun 1992, dan belum dilanjutkan lagi sejak saat itu, kendatipun masalah PHK cukup menimbulkan dampak pada Pemilu pada akhir 1992. Setelah Clinton meme-gang kekuasaan, Kongres menyetujui kesepakatan NAFTA yang telah dirintis oleh George Bush dengan Kanada dan Meksiko. Padahal kesepakatan itu memberikan kesempatan kepada perusahaan-perusa-haan Amerika dan Kanada untuk membuat barang yang diinginkannya di Meksiko --yang upah buruhnya sangat murah di sana-- kemudian menjualnya di pasar Amerika dan Kanada.  Inilah yang sebenarnya dikhawatirkan oleh berbagai asosiasi buruh dan kelompok-kelompok politik lainnya di Amerika yang menentang perusahaan-perusahaan tersebut dan menuduh mereka telah mengirimkan tenaga kerja ke luar Amerika.                 
       Jadi, konflik politik yang muncul di Amerika ter-masuk perseteruan politik yang menyertainya seputar PHK massal dan pengiriman tenaga kerja ke luar Amerika, adalah latar belakang tersebarnya istilah yang kemudian terkenal sebagai “globalisasi”.  Perseteruan politik itu telah berakhir tahun 1992, dengan kemenangan di pihak kalangan bisnis Amerika beserta perusahaan-perusahaan mereka.
       Kondisi ini kemudian melahirkan opini umum bahwa tenaga kerja yang profesional, berkeahlian tinggi, dan berpenghasilan besar, tidak boleh keluar dari Amerika. Tenaga kerja yang dikirim ke luar negeri haruslah yang hanya mengandalkan tenaga fisik, dengan pekerjaan rutin yang melelahkan, serta upah yang pas-pasan. Padahal, ini pun sama sekali tidak mereka inginkan untuk diri mereka sendiri.
       Teropinikan pula bahwa  jika harapan-harapan itu terwujud, manfaatnya akan kembali juga bagi umum-nya orang Amerika, karena akan membuat Amerika terspesialisasi sebagai negara industri maju dengan tenaga kerja yang kerja profesional, berkeahlian tinggi, dan berpenghasilan besar.  Dan juga, pengiriman tenaga-tenaga buruh kasar ke luar negeri, artinya adalah barang akan terkumpul atau dibuat oleh buruh-buruh asing yang rendah upahnya di luar negeri, kemudian barang itu akan kembali ke pasar Amerika dengan harga yang sangat murah. 
       Masalah ini berakhir secara politis tahun 1992 tatkala Clinton memegang tampuk kekuasaan tahun 1993 yang kemudian mengubah kebijakan ekonomi luar negeri Amerika. Pendahulu Clinton --George  Bush-- telah mengadopsi kebijakan untuk meningkatkan ekspor barang dan memprakarsai pembentukan WTO (Organisasi Perdagangan Dunia) sebagai pengganti GATT (Perjanjian Umum Tentang Tarif dan Perda-gangan), untuk membuka pintu seluas-luasnya bagi ekspor. Tetapi para investor dan kalangan bisnis Amerika memandang bahwa yang lebih penting  dari peningkatan ekspor, adalah penyempurnaan langkah yang telah dirintis pada akhir 80-an, yaitu restrukturi-sasi yang tuntas terhadap perusahaan-perusahaan, untuk menggiatkan perusahaan dan meningkatkan kemampuannya menghasilkan laba. Mereka meman-dang pula bahwa restrukturisasi ini, akan memungkin-kan dikirimkannya para tenaga ahli --bukan hanya barang-- ke luar negeri, di samping memungkinkan Amerika untuk terjun dalam kompetisi yang sangat ketat melawan perusahaan-perusahaan non-Amerika.
       Para investor juga melontarkan ide-ide lain kepada Clinton dan menginginkan agar Clinton mengadopsi-nya. Mereka mengatakan, ketika Amerika bertahun-tahun melancarkan Perang Dingin dan memegang tanggung jawab internasional lainnya, Eropa dan Jepang telah berhasil memperkokoh kekuatan ekonominya, sehingga menjadi ancaman bagi kepentingan-kepentingan vital Amerika. Padahal Perang Dingin telah berakhir, sehingga Amerika wajib mempersiapkan kemampuannya untuk bersaing dengan Eropa dan Jepang, serta mulai menyaingi keduanya dengan kekuatan penuh.  Amerika juga tidak perlu lagi menjaga kepentingan Eropa dan Jepang seperti pada saat Amerika melancarkan Perang Dingin. Demikian pendapat para investor itu. Bahkan, mereka menyerukan untuk mengaktifkan dinas intelijen Amerika untuk memata-matai perekonomian Eropa dan Jepang beserta perusahaan-perusahaannya, setelah sebelumnya kurang terpakai untuk itu karena adanya Perang Dingin dan masalah-masalah politik lainnya.   
       Menyambut berbagai ide dan opini tersebut, Clinton dan Menteri Keuangan Robert Rubin  --yang juga salah seorang pengusaha besar di Wall Street-- mengadopsi kebijakan yang menyerukan dibukanya pasar-pasar dunia seluruhnya, tidak hanya untuk meningkatkan ekspor Amerika, tetapi juga untuk memungkinkan perusahaan-perusahaan Amerika ber-produksi di mana pun selama tenaga kerjanya murah, memasarkan jasa-jasa dan komoditas industrinya di Amerika dan di mana saja selama Amerika ingin eksis di pasar internasional.  Tetapi yang ter-penting, adalah kebijakan keduanya untuk menggiatkan perusahaan-perusahaan keuangan Amerika --yaitu beraneka macam bank, perusahaan asuransi, dan kantor pialang saham-- untuk  menembus pasar-pasar modal di luar Amerika. Ini adalah hal baru, sebab strategi ini belum pernah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut di luar Amerika dalam zona yang sangat luas, di mana sebelumnya kedatangan mereka di kebanyakan negeri tidak pernah disambut baik disebabkan aktivitasnya yang berbahaya.  Karena, perusahaan-perusahaan keuangan pada tabiatnya  selalu berupaya untuk menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan, premi asuransi, dana saham dan obligasi, sehingga terjadi akumulasi dana yang sangat besar pada perusahaan keuangan tersebut, yang kemudian dapat dia kelola sesuai kehendaknya.
       Para investor itu senantiasa dihantui oleh suatu ide bahwa segera setelah berakhirnya Perang Dingin, dunia mau tak mau akan terbagi menjadi 3 (tiga) zona kekuatan ekonomi raksasa; Pertama, zona yang meliputi Eropa secara keseluruhan yang akan didominasi negara-negara Eropa Barat, Kedua, zona yang meliputi sebagian besar Asia, yang akan dikuasai oleh Jepang, Ketiga, zona yang meliputi benua Amerika, yakni Amerika Utara dan Amerika Latin, yang akan dikuasai oleh Amerika Serikat Mereka cemas kalau ide ini menjadi kenyataan. Karena itu, mereka menyerang ide ini dengan ganas dan mencapnya sebagai ide yang bersifat regional belaka. Mereka mengisyaratkan bahwa Eropa dan Jepang-lah yang berada di balik sosialisasi ide tersebut.
       Para investor itu kemudian melontarkan ide penggantinya, yaitu bahwa dunia telah menjadi satu, dan bahwa tak ada seorang pun yang lebih berhak dari yang lain untuk mendapatkan sebagian dari padanya. Semua pihak berhak untuk saling bersaing dimana pun juga. Mereka mempropagandakan ide ini melalui serangan media massa yang sangat intensif.  Pemerin-tahan Clinton pun akhirnya mengadopsi ide ini. Karena itu mereka lalu menerbitkan banyak buku, di antaranya buku yang membicarakan “globalisasi” kegiatan-kegiatan perusahaan Amerika.
       Serangan media massa di Amerika itu berhenti  ketika pemerintahan Clinton mengadopsi ide teersebut pada awal masa pemerintahannya. Namun serangan itu terus berlangsung ke luar Amerika di bawah kendali pemerintahan Clinton beserta lembaga-lembaga pelak-sananya.  Di luar Amerika, khususnya di negara-negara yang disebut “negara-negara berkembang”, serangan media massa tetap berlangsung masif, yang akhirnya menyibukkan para penduduknya untuk memikirkan ide-ide yang dangkal dan mengecoh, dengan ungkapan-ungkapan yang tidak jelas dan  lemah, disertai banyak pemutarbalikan fakta yang tidak bermutu dan terasa aneh bin ajaib.  Akibatnya, banyak orang yang kebi-ngungan menghadapi ide “globalisasi”.
       Meskipun terdapat kekacauan pada ide-ide yang dilontarkan dalam serangan media massa tersebut, tetapi serangan ini memang telah terencana secara sentral untuk mencapai hasil-hasil tertentu, yaitu membentuk dan membuat opini umum agar masyarakat membuka pintu yang seluas-luasnya terhadap segala kegiatan perusahaan-perusahaan Amerika dalam serangannya yang total guna memetik hasil-hasil kemenangan Perang Dingin. Selain itu juga agar Amerika dianggap lebih berhak menguasai pasar tersebut daripada Eropa dan Jepang.
       Sangat disayangkan, serangan tersebut ternyata telah berhasil mencapai target-targetnya, di samping telah makin memantapkan para penguasa yang cen-derung kepada Barat untuk membius bangsanya sendiri dalam menghadapi serangan terbaru Amerika dalam upayanya untuk menembus negeri-negeri mereka. Upaya ini bertujuan untuk membuka pasar  negeri-negeri tersebut terhadap barang  buatan Amerika, memanfaatkan tenaga buruhnya yang murah-meriah demi kepentingan Amerika, mengalirkan harta kekayaan bangsanya ke dalam kantong perusahaan-perusahaan keuangan Amerika, serta mengendalikan pasar-pasar modalnya untuk kepentingan usaha Amerika.
       Ide-ide yang dijajakan dengan kedok “globalisasi” yang dilontarkan Amerika ke luar negeri, khususnya negara-negara Dunia Ketiga, antara lain :
·      Setelah hancurnya Uni Soviet, tak ada lagi di dunia ini selain sistem ekonomi Barat yang mereka nama-kan “Sistem Ekonomi Pasar”, untuk menggantikan namanya yang sebenarnya, yaitu “Sistem Ekonomi Kapitalis”, yang patut diingat kerakusannya dan reputasinya yang sangat buruk sekali. Dikatakan bahwa seluruh negeri-negeri di dunia kini telah menerapkan sistem tersebut, atau minimal berhasrat  dan berupaya untuk menerapkannya.
· Dunia modal seluruhnya telah menjadi satu, sebab para pemiliknya mampu memindahkannya ke negeri mana pun atau mampu menanamkannya di bidang investasi mana pun dengan keuntungan yang lebih besar daripada pihak lain. Dikatakan bahwa pemindahan modal ini dapat berlangsung secepat kilat karena dimudahkan oleh sarana-sarana komunikasi yang cepat, dan bahwa modal ini tak akan diinvestasikan di negeri-negeri yang membuat penghalang-penghalang untuk menghambat aliran modal.
·  Dunia kerja seluruhnya juga telah menjadi satu. Tetapi perusahaan-perusahaan yang mereka katakan berasal dari bermacam-macam negara, sebenarnya tidak demikian faktanya. Karena, perusahaan induknya (holding company) tetap berasal dari satu negara saja dan tak mungkin kecuali berasal dari satu negara. Perusahaan-perusahaan ini dikatakan ber-kemampuan memproduksi atau memasarkan barang dalam skala global, sehingga negeri mana pun yang sedang giat membangun akan menyambut perusahaan-perusahaan tersebut untuk membuka lapangan kerja bagi rakyatnya, atau untuk memasar-kan produk-produknya. Jika tidak mau, perusahaan itu akan berpaling menuju negara lain.
· Sarana-sarana komunikasi di seantero pelosok dunia seluruhnya telah sempurna dan saling ber-hubungan secara kompleks sedemikian rupa, sehingga tak ada satu pihak pun yang dapat mendo-minasinya. Dikatakan bahwa saling keterkaitan ini akan menimbulkan kondisi di mana informasi yang diterima masyarakat hampir sama, bahkan berbagai pendapat dan perasaan mereka pun hampir-hampir homogen.
        Inilah beberapa ide “globalisasi” yang dijajakan di negara-negara Dunia Ketiga. Tujuannya adalah agar Dunia Ketiga menyambut gembira kedatangan modal dan tenaga kerja asing, mengambil rekomendasi para pemilik modal dan tenaga kerja itu untuk mengoreksi berbagai undang-undang di negaranya, serta melaku-kan privatisasi badan usaha milik negara  (BUMN), agar Amerika dapat dengan mudah membelinya. Mereka mengatakan bahwa tak ada alternatif lain di luar pilihan-pilihan tersebut, jika kita memang ingin menyusul rombongan dunia seluruhnya untuk meng-globalisasikan modal dan tenaga kerja. Kalau tak ikut rombongan, kita akan tetap terbelakang, kata mereka.
       Maka, jangan sampai ada seorang pun yang lalai dari pengaruh seruan dan propaganda yang memutar-balikkan fakta ini, dari kedok “globalisasi” yang di-gunakan untuk menutupi hakikat sebenarnya di negeri mana pun yang sedikit di dalamnya orang-orang yang sadar dan bertanggungjawab, dari kecenderungan penduduknya untuk mengikuti seruan-seruan tersebut dari media massa, serta dari meratanya ketidaktahuan akan masalah ini! 
       Oleh karena itu, bukan hal yang aneh bila kita membandingkan propaganda “globalisasi” ini dengan serangan Kristenisasi pada abad lampau, maka se-rangan kali ini lebih berbahaya daripada serangan sebelumnya. Sebab serangan kali ini  sekalipun tidak memakai kedok agama, namun tak dapat dipungkiri, sebenarnya lebih mengerikan. [ ]


Sabtu, 23 Januari 2016

Beginilah Cara Rosululloh Mendidik Anak 0-3 Tahun
Berdoa Untuk Anak Saat Masih dalam Sulbi Ayah
Anak adalah anugerah yang Alloh SWT berikan kepada makhluknya, merupakan rezeki, merupakan amanah sehingga mendidiknya adalah kewajiban dari orang tuanya. Rasulullah bersabda, “Seandaianya salah seorang diantara kalian sebelum menggauli istrinya berdoa:
بِسْÙ…ِ اللهِ اَللَّÙ‡ُÙ…َّ جَÙ†ِّبْناَ الشَّÙŠْØ·َانَ ÙˆَجَÙ†ِّبِ الشَّÙŠْØ·َانَ Ù…َا رَزَÙ‚ْتَناَ
“Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari anak yang engkau anugerahkan kepada kami, lalu dari keduanya lahir anak, setan tidak akan dapat mengganggunya selamanya.”[1]
Anjuran berdoa sebelum berhubungan suami-istri menunjukkan bahwa permulaan yang kita lakukan dalam berketurunan bersifat rabbani, bukan syaithani. Apabila disebutkan nama Allah pada permulaan senggama, berarti hubungan yang dilakukan oleh suami-istri tersebut berlandaskan ketakwaan kepada Allah dan dengan izin Allah anaknya nanti tidak akan diganggu setan.
Zikir Untuk Keselamatan Bayi yang Akan Dilahirkan
Rasulullah memberi petunjuk kepada Asma’ dengan bersabda, “Maukah engkau aku ajari beberapa kata yang bisa kau ucapkan saat dalam kekhawatiran (yaitu doa untuk memperlancar persalinan). Ucapkanlah:
اَللهُ اَللهُ رَبِّÙŠْ لاَ Ø£ُØ´ْرِÙƒُ بِÙ‡ِ Ø´َÙŠْئاً
“Allah, Allah rabbku. Aku tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.”[2]

Apabila keguguran terjadi
Dari Muadz bin Jabal, Rasulullah bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya, sesungguhnya bayi yang gugur benar-benar akan menarik ibunya dengan tali pusarnya ke surga bila ibunya rela dengan itu (ibunya bersabar dengan kehilangan anaknya).”[3]

Azan di Telingan Kanan Bayi Baru Lahir
Abu Rafi’ berkata, “Aku melihat Rasulullah mengumandangkan azan di telinga Hasan bin Ali saat baru dilahirkan oleh Fatimah.”[4] Ibn Qayyim berkata bahwa hikmah azan dan iqamah di telinga bayi yang baru lahir adalah agar suara pertama yang didegar adalah seruan yang mengandung makna keagungan Allah serta syahadat.[5]

Berita Gembira Kelahiran Bayi
Ucapan selamat dan hadiah atas kelahiran bayi jelas akan menyenangkan keluarga bayi yang baru lahir dan akan menimbulkan suasana gembira, serta mempererat tali kasih dan ikatan persatuan antara sesama kaum muslimin.
Mentahnik Bayi dengan Kurma dan Mendoakannya
Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah sering didatangi para orang tua yang membawa bayinya untuk dimintakan berkah dan ditahnik.[6] Langkah-langkah Rasulullah mentahnik bayi yaitu: 1) sepotong kurma, 2) dikunyah-kunyah seperlunya, 2) buka mulut bayi, dan suaapkan kurma tersebut sambil digosok-gosok dilangit-langit mulut bayi.[7]

Membentangi Bayi dengan Zikir dan Bersyukur kepada Allah
Dari Anas, Rasulullah bersabda, “Allah tidak sekali-kali menganugerahkan suatu nikmat kepada hamba-Nya, lalu ia mengucapkan, ‘Segala puji hanya miliki Allah Rabb semesta alam’, melainkan apa yang diberikan lebih baik dari pada yang diambil-Nya’.”[8]
Bila ada bayi yang baru lahir diantara keluarganya, Aisyah tidak bertanya, “Laki-laki atau perempuan?” Tapi ia bertanya, “Apa organ tubuhnya sempurna (lengkap)?” Bila dijawab “Iya”, ia berkata, “Segala puji hanya milik Allah Rabb semesta alam.”[9]

Memberikan Hak Waris Untuk Bayi yang Baru Lahir
Jabir bin Abdullah berkata, “Rasulullah telah memutuskan bahwa bayi tidak boleh diberikan hak waris sebalum ia lahir dalam keadaan menangis (maksudnya: menangis dan menjerit atau bersin).”[10] Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Bila bayi yang baru dilahirkan menangis, ia berhak mendapatkan warisan.”[11]

Kewajiban Zakat Fitrah atas Nama Bayi yang Baru Lahir
Ibnu Umar berkata, “Rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadhan atas setiap individu kaum muslimin, baik yang merdeka maupun budak, baik laki-laki maupun perempuan, baik masih bayi maupun sudah dewasa, yaitu satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum.”[12]

Menyayangi, Meski Lahir dari Hasil Perzinaan
Ada wanita dari Bani Ghamidiyah yang datang kepada Rasulullah dan mengaku bahwa dirinya telah mengandung dari perzinaan, beliau bersabda kepadanya, “Pulanglah sampai kamu melahirkan.” Setelah melahirkan, ia datang lagi seraya menggendong bayinya dan berkata, “Wahai Nabi Allah, bayi ini telah saya lahirkan.” Akan tetapi, Rasulullah bersabda kepadanya, “Pulanglah, susuilah ia sampai kamu menyapihnya.” Setelah wanita itu menyapihnya, ia datang dengan membawa bayinya yang sedang memegang sepotong roti di tangan. Ia berkata, “Wahai Nabi Allah, bayi ini telah saya sapih dan kini ia sudah bisa makan sendiri.” Rasulullah pun memerintahkan agar bayi itu diserahkan kepada salah seorang lelaki dari kaum muslimin dan memerintahkan agar dibuatkan galian sebatas dada untuk menanam tubuh wanita itu. Kemudian beliau memerintahkan kepada orang-orang untuk merajamnya dan mereka pun segera merajamnya.[13]
Itulah kasih sayang Rasulullah terhadap anak hasil zina dan keinginan beliau yang kuat agar bayi itu tidak terlantar. Apa dosa anak yang baru lahir itu hingga ia harus menanggung konsekuensi perbuatan dosa orang tuanya?
Merayakan Kelahiran Bayi dengan Aqiqah
Dari Samurah bin Jundub, Rasulullah bersabda, “Smua anak itu tergadaikan dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh. Rambutnya dicukur dan ia dinamai.”[14] Dari Salman bin Amir, Rasulullah bersabda, “Anak tergadaikan dengan aqiqahnya. Karena itu, sembelihlah untuknya dan jauhkanlah gangguan darinya.”[15]
Ummu Kurz pernah bertanya kepada Rasulullah, maka beliau menjawab, “Untuk bayi laki-laki dua kambing (yang sepadan) dan untuk bayi perempuan satu kambing, baik kambing jantan maupun betina tidak ada masalah bagimu.”[16]
Abdullah bin Buraidah berkata, “Aku mendengar ayahku berkata, ‘Pada masa Jahiliyah dulu, bila ada bayi yang baru dilahirkan, kami menyembelih kambing dan melumurkan darah kambing itu di kepala sang bayi. Setelah Allah menurunkan agama Islam, kami diperintahkan untuk menyembelih kambing dan mencukur rambutnya serta melumurinya dengan minyak za’faran’.”[17]

Memberi Nama Yang Baik
Islam selalu menginginkan kemudahan, bahkan dalam persoalan pemberian nama. Islam tidak menginginkan kesulitan dalam hal pemberi nama. Hal ini dapat dilihat dengan jelas dalam sabda Rasulullah. Beliau bersabda, “Nama yang paling disenangi Allah adalah Abdullah dan Hammam, sedangkan nama yang paling buruk adalah Harb dan Murrah.”[18]
Ibnu Umar menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, “Sungguh, nama seseorang diantara kalian yang paling disenangi oleh Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman.”[19]

Mencukur Rambut Bayi, Dibersihkan, dan Dihilangkan Kotorannya pada Hari Ketujuh
Ketika mencukur rambut bayi sebaiknya tidak mencukurnya seperti pelangi. Al Qaza’ artinya mencukur sebagian rambut bayi dan membiarkan sebagian yang lainnya di beberapa bagian tanpa dicukur sehingga mirip pelangi.
Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah melarang Qaza’. Aku bertanya kepada Nafi’, “Apakah Qaza’ itu?” Nafi’ menjawab, “Mencukur sebagian rambut bayi dan membiarkan sebagian yang lain.”[20]
Makna yang dimaksud dan yang menjadi tuntunan ialah mencukur rambut kepada secara keseluruhan, karena mencukur sebagian dan membiarkan sebagian yang lain bertentangan dengan kepribadian seorang muslim yang seharusnya berbeda dengan kepribadian pemeluk agama lain (kafir).
Bercengkrama dengan Lidah dan Mulut
Abu Hurairah bercerita, “Rasulullah keluar ke pasar Bani Qainuqa’ sambil berpegangan pada tanganku. Beliau berjalan mengelilingi pasar kemudian pulang dan duduk di masjid dengan kedua tangan merangkul lutut. Beliau bertanya, ‘Mana si kecil yang lucu itu? Panggilkan dia agar datang kepadaku.’ Al Hasan pun datang berlari, lalu langsung melompat ke pangkuannya. Rasulullah mencium mulutnya, kemudian berdoa, ‘Ya Allah, aku sungguh mencintainya. Maka cintailah dia dan cintailah orang yang mencintainya (tiga kali)’.” Abu Hurairah berkata, “Setiap kali melihat Al Hasan, aku menangis.”[21]

Memberi Julukan Ayahnya dengan Nama Anak
Abu Syuraih menceritakan bahwa pada awalnya dia bernama Abul Hakam. Kamudian Rasulullah bersabda kepadanya, “Sesungguhnya Allah, Dialah hakim yang memutuskan dan hanya kepada-Nyalah semua keputusan.”[22]

Kapan Menghitankan Anak ?
Abu Hurairah berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Fitrah itu ada lima, yaitu: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.”[23]
Makhul mengatakan, “Ibrahim menghitankan anaknya, Ishaq, saat itu berusia 7 hari, dan mengkhitankan Ismail pada usia 13 tahun. Demikianlah seperti yang disebutkan oleh Al Khalil.”[24]

Sayangi di Kala Sakit, Maklumi Kalau Ngompol
Ummu Qais binti Mihshan berkata, “Aku pernah menemui Rasulullah dengan membawa bayiku yang masih belum makan makanan apa pun. Tiba-tiba ia kencing di pangkuan beliau. Baliau pun meminta air dan langsung menyipratkannya ke bagian yang terkena kencing (tanpa mencucinya).”[25]
Usamah bin Zaid berkata, “Rasulullah pernah mengambil dan mendudukanku di atas satu paha beliau dan mendudukkan Al Hasan di atas paha beliau yang lain. Kemudian beliau memeluk kami berdua dan berdoa, ‘Ya Allah, sayangilah keduanya karena aku sungguh menyayangi keduanya’.”[26]

Kewajiban Menyusui dan Menjamin Nafkah Anak
Wahai para ibu, berikanlah kasih sayangmu kepada anakmu, susuilah ia dengan air susumu agar engkau dapat menyempurnakan makna ibu yang engkau sandang dan agar engkau mendapatkan pahala. Didiklah sendiri anakmu sesuai dengan manhaj Rasulullah. Lihatlah QS. Al Baqarah: 233 dan Ath Thalaq: 7.
Wahai ibu, cobalah engkau perhatikan. Apakah engkau pernah melihat burung, hewan lain, atau semua makhluk yang berstatus sebagai ibu pernah meninggalkan anaknya saat masih bayi dan menyingkir darinya? Sungguh merupakan perangai yang buruk bila hewan yang tidak berakal saja tidak meninggalkan anaknya yang masih kecil, sedangkan manusia yang berakal rela meninggalkan anaknya dan dipercayakan kepada orang lain.
Umar Memperhatikan Anak Sejak Lahir
Suatu malam Umar mendengar tangisan seorang bayi. Maka Umar berkata kepada ibunya, “Susuilah dia.” Ibu si anak, yang tidak menyadari bahwa yang menyuruhnya adalah Umar, menjawab, “Amirul Mukminin tidak memberikan santunan untuk bayi yang baru lahir sampai masa penyapihannya.” Umar berkata dalam hatinya, “Aku hampir saja membunuh anak itu.” Setelah itu ia berkata, “Susuilah dia, nanti Amirul Mukminin pasti akan memberikan santunan untuknya.” Sesudah itu, Umar mulai menetapkan santunannya untuk bayi yang baru lahir. Dengan demikian, tangis seorang bayi sanggup mengubah keputusan seorang kepala negara yang bernama Umar bin Khattab.
Boleh Menangisi Kematian Bayi dan Mengucapkan Belasungkawa Kepada Keluarganya
Anas berkata, “Kami masuk bersama Rasulullah lalu beliau mengambil putranya, Ibrahim, dan langsung menciumnya. Setelah itu kami masuk lagi pada hari yang lain. Ibrahim saat itu sedanga meregang nyawa. Air mata Rasulullah berlinang, sehingga Abdurrahman bin Auf berkata, “Wahai Rasulullah engkau juga menangis?” Beliau menjawab, “Wahai Abdurrahman (beliau menangis lagi) mata ini menangis dan hati ini bersedih tetapi kami tidak mengatakan kecuali yang diridhai oleh Rabb kami. Sesungguhnya kami, wahai Ibrahim, benar-benar sedih karena berpisah denganmu.”[27]

Mendoakan Anak Secara Khusus Saat Menshalatkan Jenazahnya
Sa’id bin Musyyab berkata, “Aku pernah shalat di belakang Abu Hurairah yang sedang menshalatkan jenazah anak kecil yang belum pernah melakukan suatu dosa pun. Aku mendengar Abu Hurairah mengucapkan doa berikut:
اَللَّÙ‡ُÙ…َّ Ø£َعِØ°ْÙ‡ُ Ù…ِÙ†َ عَØ°َابِ اْلقُبْرِ
“Ya Allah, lindungilah anak ini dari azab kubur.”[28]

Anak yang Meninggal Ketika Masih Kecil Akan Masuk Surga
Aisyah berkata, “Rasulullah diundang untuk melayat jenazah seorang anak kecil dari kalangan Anshar. Aku (Aisyah) berkata, ‘Wahai Rasulullah, alangkah beruntungnya anak ini. Ia salah satu burung diantara burung-burung di surga. Ia tidak pernah berbuat keburukan dan belum pernah menemuinya.’ Rasulullah bersabda, ‘Apakah engkau tahu yang selain itu, wahai Aisyah? Sesungguhnya Allah menciptakan penghuni surga yang telah Dia tetapkan untuknya saat mereka masih berada di tulang sulbi ayah mereka pula. Dan Dia menciptakan penghuni neraka yang telah Dia tetapkan untuknya saat mereka masih berada di tulang sulbi ayah mereka pula.”[29]
Abu Hurairah menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, “Anak-anak kaum muslimin itu berada di sebuah gunung di surga. Mereka diasuh oleh Ibrahim dan Sarah sampai mereka dikembalikan kepada ayah-ayah mereka pada hari kiamat.”[30]

Syafaat Anak Bagi Kedua Orang Tua yang Sabar Atas Kematian Anaknya
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Tidaklah sekali-kali sepasang muslim ditinggal mati oleh ketiga orang anaknya yang belum baligh, melainkan Allah akan memasukkan keduanya bersama anak-anak mereka ke dalam surga berkat karunia dan rahmat-Nya.” Abu Hurairah melanjutkan, “Dikatakan kepada anak-anak tersebut, ‘Masuklah kalian ke dalam surga!’ Anak-anak itu menjawab, ‘Kamu menunggu kedua orang tua kami’. Perintah itu diulangi tiga kali, tetapi mereka mengeluarkan jawaban yang sama. Akhirnya, dikatakan kepada mereka, ‘Masuklah kalian bersama kedua orang tua kalian ke dalam surga’.”[31]

Tidak Mendapat Anak di Dunia, Mendapatkannya di Akhirat
Abu Sa’id berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Seorang mukmin itu bila sangat  menginginkan anak (namun tidak mendapatkannya), di surga ia akan mengandungnya, menyusuinya, dan tumbuh besar dalam sekejab, sebagaimana ia menginginkannya.”[32]

Mempercepat Shalat Karena Mendengar Tangisan Anak
Anas mengatakan, “Aku belum pernah shalat di belakang seorang imam yang lebih singkat dan lebih sempurna shalatnya, selain Rasulullah. Jika beliau mendengar suara tangisan anak, beliau mempercepat shalatnya karena khawatir akan mengganggu shalat ibunya.”[33]

Memanggil Anak dengan Julukan Sebagai Penghormatan
Anas pernah mengatakan bahwa Rasulullah adalah orang yang paling baik akhlaknya. “Aku punya seorang saudara laki-laki yang dikenal dengan nama panggilan Abu Umair dan setahuku ia sudah disapih. Bila Rasulullah datang, beliau selalu menyapanya dengan panggilan, ‘Hai Abu Umair’.”[34]

Memanggil dengan Panggilan yang Baik
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Janganlah sekali-kali seseorang di antara kalian mengatakan, ‘Hai budak laki-laki! Hai budak perempuan!’ karena kamu semua, baik laki-laki maupun perempuan, adalah hamba-hambda Allah…”[35]

Mengajak Shalat Berjamaah
Abdullah bin Syaddad berkata, “Rasulullah keluar dari rumahnya menemui kami yang sedang menunggu beliau untuk shalat (Maghrib atau Isya’), sedangkan beliau menggendong Hasan atau Husein. Rasulullah maju dan meletakkan cucunya, kemudian melakukan takbir shalatnya. Dalam salah satu sujud dari shalat itu, beliau lama sekali melakukannya.” Ayah perawi mengatakan, “Maka kuangkat kepalaku, ternyata kulihat anak itu berada di atas punggung Rasulullah yang sedang dalam sujudnya. Sesudah itu aku kembali ke sujudku. Setelah Rasulullah menyelesaikan shalatnya, orang-orang bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau telah melakukan sujud dalam shalatmu yang begitu lama, sehingga kami mengira terjadi sesuatu pada dirimu karena ada wahyu yang diturunkan kepadamu.” Rasulullah menjawab, “Semuanya itu tidak terjadi, melainkan anakku ini menunggangiku sehingga aku tidak suka bila menyegerakannya untuk turun sebelum dia merasa puas denganku.”[36]
Abu Qatadah Al Anshari meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah shalat sembari menggendong Umamah binti Zainab binti Rasulullah. Apabila sujud, beliau meletakkan cucunya itu ke tanah dan apabila bangun, beliau menggendongnya kembali.”[37]

Mengajarkan Kalimat Tauhid pada Anak
Anak kecil yang belum belajar berbicara itu ketika mendengar kalimat-kalimat azan, ia akan menirunya. Bahkan ia akan selalu memperhatikannya saat orang-orang dalam kelalaian. Maka ia tanpa sadar telah berusaha mengucapkan kalimat tauhid. Karena itu, seorang guru hendaknya membiasakan anak yang masih belum bisa bicara tersebut agar mengucapkan kalimat tauhid.
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Ajarkanlah kepada anak-anak kelian pada permulaan bicaranya ucapan ‘laailaha illallah’ dan ajarilah ia agar di akhir hayatnya mengucapkan ‘laailaha illallah’.”[38]

Rasulullah Pernah Menghentikan Kutbah dan Meninggalkan Mimbar Untuk Menyambut Anak Kecil yang Berjalan Tertatih-tatih
Abdullah bin Buraidah telah meriwayatkan dari ayahnya yang berkata, “Ketika Rasulullah sedang berkathbah kepada kami, tiba-tiba datanglah Hasan dan Husein yang keduanya mengenakan gamis berwarna merah dengan langkah tertatih-tatih. Rasulullah pun langsung turun dari mimbarnya lalu menggendong dan meletakkan keduanya di hadapan beliau. Kemudian beliau membaca QS. Ath Thaghabun: 15 dan bersabda, ‘Ketika aku memandang kedua anak ini berjalan dengan langkah tertatih-tatih, aku tidak sabar hingga kuhentikan khatbahku untuk menggendong keduanya.”[39]

Memperhatikan Penampilan dan Potongan Rambut Anak
Nafi’ dan Ibnu Umar bahwa Rasulullah melihat seorang anak kecil telah dicukur di sebagian sisi kepalanya dan dibiarkan pada sisi lain. Beliau pun melarang hal itu dan bersabda, “Cukurlah semua atau biarkanlah semua.”[40]
Abdullah bin Ja’far meriwayatkan bahwa Rasulullah mengurungkan diri untuk mendatangi keluarga Ja’far sebanyak tiga kali, lalu beliau mendatangi mereka. Beliau bersabda, “Janganlah kalian menangisi saudaraku setelah hari ini.” Beliau bermaksud agar hari berkabung disudahi. Kemudian beliau bersabda, “Panggilkanlah keponakan-keponakanku kemari.” Maka kami pun datang dan rasa takut kami seperti hilang. Beliau bersabda, “Panggillah tukang cukur kepadaku.” Maka beliau menyuruhnya agar mencukur rambut kami.[41]

Menggendong di Pundak, Mengajaknya Naik Kendaraan
Abdullah bin Ja’far berkata, “Apabila Rasulullah baru tiba dari perjalanan, beliau selalu disambut oleh anak-anak ahli ahli baitnya. Suatu hari beliau baru datang dari perjalanan dan aku adalah anak yang paling terdepan menyambutnya. Maka beliau langsung menaikanku di depannya, kemudian didatangkanlah salah seorang di antara kedua putra Fathimah, Hasan atau Husein lalu beliau memboncengnya di belakangnya, dan kami bertiga memasuki kota Madinah di atas kendaraannya.”[42]
Rasulullah pernah membawa Hasan dan Husein di kedua pundak beliau, lalu bersabda, “Sebaik-baik pengendara adalah keduanya, tetapi ayah keduanya lebih baik daripada keduanya.”[43]

Segera Mencari Begitu Merasa Kehilangan
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah menuju pasar Bani Qainuqa’ sambil berpegangan pada tanganku. Beliau berjalan mengelilingi pasar kemudian pulang dan duduk di masjid dengan kedua tangan merangkul lutut. Beliau bertanya, ‘Mana si kecil yang lucu itu? Panggilkan dia agar datang kepadaku’…”[44]

Mengajarkan Etika Berpakaian
Abdullah bin Amr bin Ash berkata, “Rasulullah pernah melihatku mengenakan sepasang pakaian yang dicelup dengan warna kuning. Kemudian Rasululah bersabda, “Apakah ibumu yang memerintahkan kamu mengenakan pakaian ini?” Aku menjawab, “Apakah aku harus mencuci keduanya?” Beliau menjawab, “Tidak, tetapi keduanya harus dibakar.”[45]

Anjuran Untuk Tersenyum dan Mencium Anak-anak
Abu Hurairah berkata, “Rasulullah mencium Hasan, sedangakan dihadapan beliau saat itu ada Al Aqra bin Habis yang sedang duduk. Al Aqra berkata, ‘Saya punya sepuluh anak, tetapi saya belum pernah mencium seorang pun di antara mereka.’ Rasulullah memandang ke arahnya dan bersabda, ‘Barang siapa yang tidak punya rasa belas kasihan, niscaya tidak akan dikasihi’.”[46]

Bercengkrama dengan Anak-anak
Ya’la bin Marrah berkata, “Kami pernah keluar bersama Rasulullah lalu kami diundang untuk makan. Tiba-tiba, Husein bermain di jalan. Rasulullah pun segera mendahului orang-orang lalu membentangkan kedua tangan beliau. Anak itu berlari menghindar ke sana kemari. Rasulullah mencandainya hingga akhirnya beliau dapat menangkapnya. Satu tangan beliau memegang dagu Husein dan tangan satu lagi memegang kepala lalu beliau memeluknya. Setelah itu, beliau bersabda, “Husein bagian dariku dan aku adalah bagian darinya. Allah mencintai orang yang mencintai Husein. Husein adalah satu dari cucu-cucuku.”[47]
Rasulullah juga pernah berbaring lalu tiba-tiba Hasan dan Husein datang dan bermain-main di atas perut beliau. Mereka sering menaiki punggung beliau saat beliau sedang sujud dalam shalatnya. Bila para sahabat hendak melarang keduanya, beliau memberi isyarat agar mereka membiarkan keduanya.[48]

Memberi Hadiah, Mendoakan dan Mengusap Kepala Anak
Ibnu Abbas menceritakan bahwa apabila Rasulullah menerima buah yang pertama masak, beliau meletakkannya di kedua mata beliau lalu di mulut dan bersabda, “Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperlihatkan kepada kami awalnya maka perhatikanlah juga akhirnya kepada kami.” Kemudian beliau memberikan buah itu kepada anak yang ada di dekat beliau.[49]

Menanamkan Kejujuran dan Tidak Suka Berbohong
Abdullah bin Amir berkata, “Ibuku memanggilku dan pada saat itu Rasulullah sedang berada di rumah kami. Ibuku berkata, ‘Kemarilah aku akan memberimu sesuatu.’ Rasulullah bertanya kepada ibuku, ‘Apa yang akan engkau berikan kepadanya?’ Ibuku menjawab, ‘Aku akan memberinya buah kurma.’ Rasulullah pun bersabda, ‘Ingatlah, jika engkau tidak memberinya sesuatu, hal itu akan dicatatkan sebagai kedustaan bagimu’.”[50]

Tidak Mengajarkan Kemungkaran Kepada Anak
Ali dan Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Pena itu diangkat dari tiga orang, yaitu: orang gila dan hilang akal hingga sembuh, orang tidur hingga bangun, dan anak-anak hingga baligh.”[51]
Diantara kasih sayang Allah terhadap anak ialah Dia membebaskan mereka dari beban taklif pada masa kecil mereka. Meskipun anak itu masih kecil dan belum baligh, seseorang tidak boleh mengajarinya untuk berbuat maksiat. Misalnya, mengajarinya minum-minuman keras, berbuat kejahatan, merokok, berbuat buruk, mencela, mencaci, berucap cabul, dan perilaku serta ucapan buruk lainnya.
Sumber:

Syeih Jamal Abdurrahman dalam bukunya yang berjudul “Athfalul Muslimin Kaifa Robaahumun Nabiyyul Amin Saw” yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Agus Suwandi dengan Judul  “Islamic Parenting, Pendidikan Anak Metode Nabi” Solo: Aqwam, 2010